Sanggar Seni Povinaya Gelar Pertunjukan Kesenian untuk Rayakan Tiga Belas Tahun Berkarya


MEDIA KAILI
– Sanggar Seni Povinaya, salah satu sanggar seni populer di Kelurahan Birobuli, kembali menghadirkan ruang ekspresi bagi sanggar-sanggar seni dan band di kawasan Pasigala (Palu, Sigi, Donggala). Kegiatan ini mengusung tema "Menjaga Warisan, Merangkai Masa Depan, Lestarikan Keragaman Budaya" sekaligus merayakan lebih dari tiga tahun perjalanan mereka dalam dekade pertama berkarya.  


Kegiatan ini berlangsung di Jalan Basuki Rahmat, Lorong Safitri, dari tanggal 15 sampai 16 November 2024 dengan format yang sederhana namun sarat makna. Pendiri Sanggar Seni Povinaya, Ahsan Subri, menyampaikan bahwa sanggar yang ia dirikan kini dikelola oleh generasi kedua.  


"Regenerasi di Povinaya adalah wujud nyata dari komitmen kami menjaga kelestarian budaya di Kota Palu. Ekosistem seni di Sulawesi Tengah juga semakin berkembang dan patut diapresiasi, karena banyak pelaku seni yang serius mendalami bidangnya," ujar Ahsan Subri.  


Ia menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi jembatan silaturahmi antar pelaku seni dan pemuda lintas daerah. 


"Kami mengemas acara ini dengan cara tradisional, tamu undangan menikmati pertunjukan secara lesehan. Duduk bersama sambil menikmati ubi, jagung, dan makanan khas Kaili adalah nilai tradisi yang harus terus kita jaga," ungkapnya.  


Lebih jauh, Ahsan menjelaskan bahwa Sanggar Seni Povinaya juga berfungsi sebagai media pembelajaran dan pembinaan bagi generasi muda, sekaligus mendukung perdamaian. 


"Kami berharap seni dan budaya lokal dapat menjadi jembatan untuk meredam konflik pemuda dan membawa karya-karya seni tradisi kita hingga tingkat nasional maupun internasional," tambahnya.  


Acara ini juga menghadirkan bintang tamu dari Jalanan Reggae, yang turut memberikan pandangan tentang pentingnya melestarikan seni budaya. Pendiri band, Al, menegaskan bahwa seni modern seperti reggae memiliki nilai yang sejalan dengan seni tradisional.  


"Kegiatan seni dan budaya seperti ini harus terus ada agar anak cucu kita tetap mengenal tradisi yang positif dan nilai adab dalam silaturahmi," kata Al.  


Ia juga mendorong agar kegiatan seperti ini diadakan lebih sering. "Kalau bisa, acara seperti ini diadakan dua hingga tiga kali setiap bulan. Selain memperkuat karakter budaya, kegiatan ini juga menjadi pengikat gotong royong dalam masyarakat," tambahnya.  

  

Ahsan Subri dan Al sama-sama berharap seni dan budaya di Sulawesi Tengah terus berkembang dan semakin dikenal luas. "Semangat dan selalu bersama!" tutup keduanya dalam wawancara dengan Tim Mediakaili.com.



Penulis: Fathan Aziiz & Hafid Mado

Post a Comment

To be published, comments must be reviewed by the administrator *

Lebih baru Lebih lama