Smiet Lalove : Pelestari Musik Tradisional Sulawesi Tengah dan Penggerak Kebudayaan


SMIET
Lalove. FOTO : DOK. PRIBADI


MEDIA KAILI - Dikenal dengan nama Smiet Lalove seorang pemusik tradisional dan tokoh kebudayaan Sulawesi Tengah, telah mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan seni dan budaya lokal. Lahir di Palu pada 5 Agustus 1975, Smiet memiliki latar belakang akademis di bidang informatika, namun passion-nya dalam musik tradisional dan pelestarian budaya membawa dirinya jauh ke dunia seni.


Meski memiliki latar belakang pendidikan dalam bidang informatika, dengan gelar Sarjana Komputer dari STMIK Bina Mulia Palu, ia lebih memilih menekuni dunia seni dan budaya. Selain itu, ia juga mengantongi gelar Ahli Madya Komputer dari sekolah teknik menengah di Palu, yang memperkaya wawasannya dalam pengelolaan teknologi dan seni.


Sebagai pemusik tradisional yang mendalami instrumen Kakula (alat musik yang hampir punah) Smiet telah berkontribusi besar dalam memperkenalkan dan menjaga keaslian musik tradisional Sulawesi Tengah. Sejak 1999, ia secara aktif mendokumentasikan berbagai ritus dan musik tradisi di wilayah tersebut, serta terus mempelajari dan menyebarkan pengetahuan yang didapatnya dari para tetua adat yang telah mendahuluinya.


Tidak hanya berperan sebagai pemusik, Smiet juga seorang komposer musik tradisi. Dia telah menggabungkan elemen-elemen musik tradisional dengan sentuhan modern dalam berbagai kolaborasi seni. Salah satu kolaborasi terkenalnya adalah bersama musisi legendaris Gilang Rhamadhan pada Solo International Performing Art (SIPA) di tahun 2018, di mana mereka mempersembahkan perpaduan musik tradisional dan perkusi yang memukau audiens.


Smiet juga aktif dalam berbagai organisasi kebudayaan dan seni. Ia menjabat sebagai Ketua Harian Lembaga Damai Kaili Semesta, Sekretaris Lembaga Komunitas Seni Pedati, dan Ketua Forum Kebudayaan Sulawesi Tengah. Melalui lembaga-lembaga ini, ia berupaya melibatkan masyarakat dalam upaya pelestarian budaya lokal.


Sebagai kurator Festival Budaya Palu Salonde Percusi dan penyelia Dewan Kesenian Palu, Smiet telah berhasil mengangkat berbagai tradisi lokal ke panggung nasional dan internasional. Tidak hanya itu, ia turut menggagas berbagai pertunjukan seni di daerah, termasuk Festival Palu Nomoni, di mana ia menjadi koordinator pertunjukan kolosal yang menggabungkan unsur budaya tradisional dan seni pertunjukan modern.


Smiet juga mendirikan Lembaga Seni Kampus Kaliavo di STIMIK Bina Mulia Palu, sebagai bagian dari misinya untuk membina dan mengembangkan minat seni generasi muda. Dengan mendirikan bengkel produksi alat musik tradisional "Palaka TODA," Smiet juga turut serta dalam memproduksi dan menyebarluaskan alat musik tradisional, seperti Kakula, agar tetap dikenal oleh generasi mendatang.


Beberapa karya penting yang telah diciptakan dan digarap oleh Smiet termasuk pertunjukan Sangu Patuju dalam Festival Palu Nomoni pada 2016 dan 2017, serta kolaborasi di berbagai acara internasional seperti Etno Internasional Festival di Taman Ismail Marzuki Jakarta dan Gamelan Internasional Festival di Kanada pada 2018.


Smiet juga seorang penulis yang produktif. Salah satu bukunya yang berjudul "Buku Hukum dan Sanksi Adat Kaili di Lembah Palu" menjadi panduan penting dalam menjaga hukum adat Kaili yang hampir terlupakan. Selain itu, ia juga menulis cerita-cerita rakyat yang berjudul "Santempa Ana Nabia, Go Bulava (Gong Emas)", yang bertujuan untuk melestarikan tuturan rakyat Sulawesi Tengah yang mulai memudar dari ingatan masyarakat.


Penghargaan demi penghargaan telah diraih oleh Smiet, salah satunya adalah partisipasinya dalam Indonesian Culture Festival di Baku, Azerbaijan pada tahun 2018, yang mengangkat seni budaya Indonesia di panggung dunia. Smiet juga menerima penghargaan dari Indonesian Word Music Series (IWMS) atas kontribusinya dalam memperkenalkan musik tradisional Indonesia.


Dengan berbagai prestasi dan kontribusinya, Smiet terus menginspirasi generasi muda dan komunitas seni di Sulawesi Tengah untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya. Melalui musik dan dedikasi yang tulus, Smiet telah membuktikan bahwa tradisi tidak hanya bisa bertahan, tapi juga berkembang di tengah arus modernitas.


Smiet terus berkomitmen dalam pelestarian budaya lokal melalui dokumentasi upacara ritual dan nyanyian rakyat di Sulawesi Tengah. Ia berharap, melalui kerja kerasnya, generasi muda akan lebih memahami, mencintai, dan melanjutkan tradisi nenek moyang mereka, serta membawa budaya lokal ke panggung dunia.


Berbekal pengalaman lebih dari dua dekade di dunia seni dan budaya, Smiet tetap berperan aktif dalam memperkuat identitas budaya Sulawesi Tengah melalui musik, tulisan, dan berbagai inisiatif sosial.



Penulis : Azwar Anas

Post a Comment

To be published, comments must be reviewed by the administrator *

Lebih baru Lebih lama