MEDIA KAILI – Setelah menggelar sosialisasi tentang Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) berbasis musik tradisional di Hotel Santika Palu, Lembaga Pengelola Hak Cipta Lagu-Lagu Nusantara melanjutkan dengan temu jumpa diskusi pada malam harinya di Sekretariat Damai Kaili Semesta (DKS), Jalan Karajalembah Kota Palu, pada Kamis, (19/9). Acara ini dihadiri oleh anggota LMK dan sejumlah seniman lokal dari Sulawesi Tengah.
Daeng Jamal, Bendahara Langgam Kreasi Budaya (LKB), dalam diskusi itu menyampaikan pandangannya tentang pentingnya LMK sebagai wadah bagi para pelaku seni tradisional dan menjadi rumah bagi pelaku seni tradisional yang bergerak di berbagai bidang kesenian berbasis tradisi.
“LMK adalah rumah bagi pelaku seni tradisi yang produktif, dan penguatan anggota harus terus dilakukan agar mereka dapat termanajemen dengan baik,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa Sulawesi Tengah memiliki potensi besar dalam perkembangan kesenian tradisi, meskipun selama ini belum terorganisir dengan optimal.
“Penguatan LMK tertuju pada seniman yang belum terkelola dengan baik, sehingga mereka bisa dimanajemeni dengan lebih rapi dan efisien,” tuturnya.
Lebih lanjut, Jamal menyampaikan bahwa kesenian tradisi di Sulawesi Tengah telah berkembang sejak lama, namun belum terorganisir secara optimal. Ia optimistis LMK dapat berperan besar dalam merapikan struktur pengelolaan seni tradisi di daerah tersebut.
Ia juga berpendapat bahwa perkembangan kesenian tidak bisa diukur hanya dengan angka, melainkan dengan bagaimana kesenian itu memberikan keindahan dan dampak positif bagi masyarakat.
"Sulawesi Tengah memiliki potensi besar dalam perkembangan seni tradisi, dan setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dapat dibandingkan," tambahnya.
Dalam diskusi, Harry Kusriyono memberikan pandangannya mengenai kegiatan sosialisasi yang berlangsung sepanjang hari di Hotel Santika, Palu. Ia menyebutkan bahwa tanggapan audiens terhadap sosialisasi LMK sangat positif dan dinamis.
“Kami dari LMK sudah memiliki izin untuk menjalankan manajemen kolektif demi mendukung perkembangan seni tradisi di Indonesia,” jelas Harry.
Ia juga membagikan kisah tantangan yang dihadapi LMK, terutama dalam memperjuangkan seni tradisi yang seringkali terpinggirkan oleh popularitas musik pop.
“Banyak orang menganggap bahwa seni tradisi kuno dan tidak mampu bersaing di dunia permusikan modern. Namun, kenyataannya seni tradisi memegang peranan penting dalam mempromosikan pariwisata daerah ke kancah internasional,” ujarnya.
Harry mengungkapkan kekagumannya terhadap penampilan seniman tradisi lokal seperti Opan Parigi dan kawan-kawan selama sosialisasi berlangsung. Ia yakin jika terjadi sinergi yang baik antara manajemen dan pelaku seni tradisi, perkembangan seni di Sulawesi Tengah akan semakin pesat.
“Kami siap membantu para praktisi seni tradisi yang ingin berkembang dengan menyediakan manajemen yang mereka butuhkan,” imbuhnya.
Harry juga menutup dengan pesan optimistis bahwa LMK siap menjadi payung bagi semua pelaku seni tradisi yang ingin bergerak menuju profesionalisme.
“Dengan menjadi anggota LMK, pelaku seni tradisi dapat berdiskusi tentang
hak kekayaan intelektual, royalti, dan banyak lagi. Kami berharap dapat terus
berjuang bersama untuk kesejahteraan dan keberlanjutan seni tradisi di Sulawesi
Tengah,” pungkasnya.
Penulis: Fathan Aziiz
Posting Komentar